I.
Tujuan:
Untuk mengetahui cara analisa besi dalam air
II.
Dasar
teori:
Beberapa constituents
(bahan-bahan) dalam air dapat menyebabkan pembentukan kerak (scale), dan steam
entrainment (carry over, overspaten, muncrat) dengan demikian diperlukan
beberapa treatment (perawatan) agar air tersebut memenuhi persyaratan sebagai
air ketel.
Bahan-bahan pembentuk kerak yang
umum antara lain: silikat, kesadahan, minyak, gula dan bahan-bahan lain yang
tidak larut. Sedang korosi dapat disebabkan oleh H2S, CO, O2,NH,
gula dan minyak. Adapun steam entraiment dapat disebabkan oleh beberapa bahan
terlarut dan melayang-layang (TDS).
Kerak tidak disukai karena heat
transfernya yang rendah pada bagian-bagian yang ditempeli kerak. Rendahnya heat
transfer dapat menyebabkan panas setempat (hot spot, local heat) yang
menyebabkan terjadinya titik lemah (deformasi bahan) disamping itu juga akan
menyebabkan rendahnya efisiensi boiler (rendemen ketel), serta boros bahan
bakar.
Korosif tidak diinginkan karena
plat, pipa-pipa menjadi tipis termakan kerak, terjadi titik lemah yang
menyebabkan kegagalan (kebocoran) terhadap ketel cary over (steam entraiment)
tidak dikehendaki karena dapat merusak peralatan-peralatan ketel semisal pipa
superheater, sudu-sudu turbine, valve-valve, dan lain-lain.
III.
Alat
dan Bahan:
Alat:
·
Gelas
kimia
·
Corong
·
Pipet
volum
·
Pemanas
·
Pipet
tetes
·
Spektofotometer
·
Pengaduk
Bahan:
·
Sampel
·
HNO3
pekat
·
H2SO4
(1:1)
·
Amonium
tiocianat
·
Larutan
standar Fe
IV.
Cara
kerja:
Analisa
sampel
1.
Menyaring
sampel, kemudian mengambil 100 ml sampel dengan pipet volum dan memasukkannya
dalam gelas kimia
2.
Menambahkan
3 tetes HNO3 pekat dan 2 ml H2SO4 (1:1),
kemudian mengaduknya
3.
Memanaskannya
hingga mendidih dan mendinginkannya selama 1 menit
4.
Menambahkan
ammonium tiocianat 10 ml, dan mengaduknya
5.
Mengambil
beberapa ml larutan untuk diamati dengan spektofotometer
Analisa
larutan standar
1.
Mengambil
100 ml larutan standar Fe dan memasukkannya dalam gelas kimia
2.
Menambahkan
3 tetes HNO3 pekat dan 2 ml H2SO4 (1:1),
kemudian mengaduknya
3.
Memanaskannya
hingga mendidih dan mendinginkannya selama 1 menit
4.
Menambahkan
ammonium tiocianat 10 ml, dan mengaduknya
5.
Mengambil
beberapa ml larutan untuk diamati dengan spektofotometer
V.
Hasil
Pengamatan
Tsampel=
98
Asampel=
2 – log 98
= 8.77 x 10-3
TFe
std= 50
AFe
std= 2 – log 50
= 0.301
Fe=
x 10
= 0.29 ppm
VI.
Pembahasan
Air pengisi ketel adalah air yang
dimasukkan ke dalam ketel untuk membuat uap atau setum (steam). Syarat air
pengisi ketel berbeda-beda tergantung dari perancangan ketel. Perbedaan dapat
dipengaruhi oleh tekanan kerja dan kecepatan penguapan. Persyaratan ini umumnya
telah diberikan oleh pabrik pembuat ketel. Sehingga dari hasil pengamatan praktikum
diatas didapatkan nilai absorban dari
sampel sebesar 8.77 x 10-3 sedangkan nilai absorban dari larutan standar
Fe sebesar 0.301. Sehingga didapatkan Fe sebesar 0.29 ppm. Menurut pabrik pembuat ketel “MAN” nilai Fe
yang baik adalah sebesar 0.003, dan jika ditinjau dari tekanan kerjanya (super
kritis >210) nilai Fe yang dianjurkan dalam air pengisi adalah 0.01. Jika
melihat dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Fe yang didapat
dari praktikum belum sesuai dengan ketentuan yang ada. Jika nilai tersebut
tetap dipertahankan, tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi korosi didalam
ketelan.
VII.
Kesimpulan
1.
Praktikan
telah mengetahui dan memahami cara analisa besi dalam air
2.
Korosi
dapat terjadi karena terbentuknya hidroksida logam, besi akan menjadi Fe(OH)2
dan bila didalam air terdapat oksigen
akan terbentuk karat
3.
Biasanya
air pengisi ketel didapatkan dari air embun dan air alam. Karena pemakaian air
embun belum sepenuhnya bisa mencukupi kebutuhan air dalam pabrik maka pemakaian
air alam pun dianjurkan, tetapi harus melalui beberapa analisa. Analisa ini
bertujuan untuk menghindari sekecil mungkin kerusakan-kerusakan dalam pipa
ketel yang diakibatkan oleh air pengisi ketel.
4.
Air
alam adalah air yang diambil dari alam, merupakan air kali, air sumur, atau
sumber lain. Didalam air terdapat kotoran terlarut maupun tidak. Kotoran-kotoran
yang terkandung didalam air ini dapat menimbulkan keburukan missal kerak (batu
ketel) ataupun kerusakan logam lain
VIII.
Daftar
Pustaka
1)
Effendi,
Achmad.2009. Teknologi Gula.
Beemarketer Institute. Jakarta
2)
Soejardi.
1993. Air Pengisi Ketel dan Air Ketel.
LPP. Yogyakarta